Senin, 19 September 2011
Selasa, 16 Agustus 2011
Rare angon merupakan sebutan bagi para pelayang Bali. Setiap tahun pada bulan juli dilaksanakan lomba layang-layang di pantai Padang Galak. Pesertanya yaitu dari komunitas layangan hingga sekaa truna dari seluruh Bali. Layangan yang dilombakan ada berbagai jenis layangan tradisi yaitu: pecukan, bebean dan janggan. Selain itu diadakan juga lomba layangan kreasi. Dalam mengikuti lomba layangan dibutuhkan kerjasama dan solidaritas yang tinggi dari para pelayang karena layangan yang dilombakan berukuran besar. Event layang-layang ini perlu diadakan secara rutin untuk melestarikan layang-layang tradisi Bali.
Tari Kecak (Sekaa Kecak Semara Madya Br Tengah Peliatan)
Di Bali terdapat sejenis tarian yang cukup unik, dan dimainkan terutama oleh laki-laki dimana jumlah pemainnya mencapai puluhan atau lebih penari yang duduk berbaris dan melingkar dengan irama tertentu menyerukan suara “cak” sambil mengangkat kedua tangannya. Sekarang tidak hanya laki-laki saja yang menarikan tarian ini, namun sudah ada kecak perempuan. Mungkin itu di sebabkan oleh adanya emansipasi wanita. Irama suara yang para penari kecak ini sangat unik karena mempunyai irama yang berbeda satu sama lainnya, namun terdengar saling sahut (dalam istilah Bali disebut "kilitan cak"). Kisah yang diangkat dalam tarian ini berasal dari kisah Ramayana yaitu menggambarkan ketika barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.Tari kecak ini di ciptakan pada tahun 1930-an oleh Wayan Limbak dan dengan seorang pelukis Jerman Walter Spies. Mereka menciptakan tari tersebut berdasarkan tradisi sanghyang kuno dan mengambil dari bagian-bagian kisah Ramayana. Tarian ini menjadi populer ketika Wayan Limbak bersama penari Bali-nya tour berkeliling dunia mengenalkan tarian Kecak tersebut. Hingga kini tari kecak menjadi tarian seni khas Bali yang terkenal.
Di Peliatan juga dilestarikan tarian kecak ini oleh sekaa kecak "Semara Madya" Br. Tengah Peliatan yang hingga saat ini masih tetap eksis melakukan pementasan di ancaksaji Puri Peliatan setiap hari Kamis. Seiring dengan banyaknya sekaa kecak yang bermunculan di Bali terutama di daerah Ubud khususnya perlu adanya kerjasama antar sekaa sehingga nantinya tarian kecak ini tidak hanya dijadikan sebagai sarana untuk mencari nafkah tetapi lebih kepada pelestarian tarian Bali. Semoga tarian kecak ini dapat menarik minat para turis untuk datang ke Bali dan menyaksikan tarian klasik seperti tarian kecak ini.
Di Peliatan juga dilestarikan tarian kecak ini oleh sekaa kecak "Semara Madya" Br. Tengah Peliatan yang hingga saat ini masih tetap eksis melakukan pementasan di ancaksaji Puri Peliatan setiap hari Kamis. Seiring dengan banyaknya sekaa kecak yang bermunculan di Bali terutama di daerah Ubud khususnya perlu adanya kerjasama antar sekaa sehingga nantinya tarian kecak ini tidak hanya dijadikan sebagai sarana untuk mencari nafkah tetapi lebih kepada pelestarian tarian Bali. Semoga tarian kecak ini dapat menarik minat para turis untuk datang ke Bali dan menyaksikan tarian klasik seperti tarian kecak ini.
Jumat, 29 Juli 2011
Menjalani rutinitas sebagai petani merupakan perkerjaan orang Bali dari jaman dahulu namun sekarang lahan pertanian telah banyak digusur oleh bangunan-bangunan villa, hotell, ruko maupun pemukiman penduduk. Jaman seperti saat ini jarang anak-anak muda yang maw bekerja sebagai petani, mereka melihat pekerjaan itu sebagai pekerjaan kotor dan penghasilannya juga sedikit. Anak-anak muda lebih tertarik dengan pekerjaan dalam dunia Pariwisata. Kita tentu merasa perihatin melihat kejadian seperti itu, kita hanya dapat menunggu perhatian dari pemerintah untuk menjaga jalur hijau supaya tidak berkurang setiap tahunnya. Pemerintah perlu membuatkan peraturan yang lebih tegas untuk menjaga kawasan hijau supaya tidak dijadikan bangun-bangun yang semakin banyak tiap tahunnya.
Jadi sampai kapankah kita akan dapat menyaksikan pemandangan seorang petani yang bekerja di sawah??? Apa yang terjadi dengan petani-petani Bali 5 tahun mendatang??? Mampukah pertanian di Bali bertahan seiring dengan perkembangan jaman??? Semua pertanyaan itu hanya dapat di jawab oleh masyarakat Bali karena mereka yang mengelola Bali ke depannya.
Jadi sampai kapankah kita akan dapat menyaksikan pemandangan seorang petani yang bekerja di sawah??? Apa yang terjadi dengan petani-petani Bali 5 tahun mendatang??? Mampukah pertanian di Bali bertahan seiring dengan perkembangan jaman??? Semua pertanyaan itu hanya dapat di jawab oleh masyarakat Bali karena mereka yang mengelola Bali ke depannya.
Langganan:
Postingan (Atom)